
Seperti lagu ikonik The Buggles berjudul “Video Killed The Radio Star”, kini kita bisa melihat kenyataan radio meski masih ada, tapi fenomena konten video juga mendominasi beberapa tahun terakhir. Padahal lagu tersebut ditulis tahun 1979. Maka tak mungkin hal ini terjadi di dalam industri properti: “Social Media Killed The Marketplace Star”.
Pemasaran properti yang dulu sangat bergantung pada platform marketplace kini tampaknya mulai ditinggalkan. Platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok, dengan cepat mengambil alih pangsa pasar, dan perlahan tapi pasti “membunuh” marketplace properti yang pernah berjaya. Sebenarnya, apa yang terjadi?
Polling (Sementara) Membuktikan

Pada polling yang kami lakukan di Telegram Group TrainingProperti pada tanggal 16 Agustus 2024, menunjukkan bahwa 50% responden memilih “Sepi Banget Kayak Kuburan” ketika kami menanyakan apakah respon di marketplace properti masih bagus atau tidak. Sementara 32% memilih “Ada tapi Jarang”, semacam “Udah Tapi Belum” dan 18% masih menyatakan “Masih Keren kok!”. Jika kamu memiliki pendapat berbeda, kamu bisa mengikuti polling tersebut di link berikut: https://t.me/trainingproperticom/471

Pada tanggal 19 Agustus 2024, kami kembali melakukan polling dengan pertanyaan “Media manakah yang memberikan respon paling bagus terhadap penjualan properti?”. Hasil sementara menunjukkan bahwa Media Sosial menjadi pilihan banyak orang properti dalam memasarkan produknya, sebanyak 79%. Sedangkan 29% memilih Marketplace dan 29% memilih Iklan di Mesin Pencari. Pada polling tersebut, responden boleh memilih lebih dari 1 media. Jika kamu ingin ikut pollingnya, kamu bisa mengikuti di link berikut: https://t.me/trainingproperticom/472

Yang terbaru adalah polling tanggal 30 September 2024 ketika kami menanyakan “Mana yang lebih efektif mendatangkan leads?”, dan hasilnya 67% memilih Media Sosial dibanding 33% memilih Marketplace properti. Kamu bisa ikuti polling baru tersebut di link berikut: https://t.me/trainingproperticom/478
Bahkan di group WhatsApp Ngonten Properti, polling yang sama dilakukan dan hasilnya cukup mengejutkan dimana 96,7% memilih Media Sosial.
Marketplace Properti yang Tumbang
Tidak bisa dipungkiri, persaingan di ranah digital semakin ketat, dan marketplace properti pun tak luput dari korbannya. Kita tau tanpa menyebut merk, ada marketplace properti yang cukup ternama namun menutup operasionalnya di Indonesia.
Meski tidak menyebut secara langsung, namun bisa jadi kehadiran media sosial dengan pendekatan yang lebih personal dan fleksibel dalam menjangkau target pasar membuat pengguna marketplace tidak mendapatkan leads berkualitas.
Marketplace Pun Beriklan di Media Sosial
Salah satu ironi terbesar adalah ketika marketplace properti, yang dulunya menjadi tempat utama bagi agen properti dan pengembang untuk memasang iklan, kini mereka sendiri harus beriklan di media sosial. Ini bukti nyata bahwa bahkan marketplace sekalipun tidak bisa mengabaikan kekuatan media sosial untuk mendatangkan pengguna dan klien.
Contoh sederhananya, kita bisa melihat iklan dari marketplace besar muncul di timeline Facebook atau Instagram. Mereka, pada akhirnya, terpaksa ikut arus tren digital ini.
Efektivitas Leads: Marketplace vs. Media Sosial
Bukan hanya soal eksistensi, namun soal efektivitas. Berlangganan pada marketplace properti yang mematok biaya per listing sering kali tidak sebanding dengan hasil leads yang didapat. Misalnya, dengan budget Rp 1 juta untuk beriklan di marketplace, bisa jadi kita hanya mendapatkan kurang dari 50 leads. Sementara, dengan budget yang sama di media sosial menggunakan iklan berbayar (Facebook Ads atau Instagram Ads), kita bisa menghasilkan lebih dari 50 leads, bahkan dengan kualitas yang lebih tinggi.
Mengapa bisa demikian? Karena algoritma media sosial memungkinkan kita menjangkau audiens dengan lebih tepat, sesuai dengan minat, demografi, dan perilaku online mereka. Ini jauh lebih efektif dibandingkan marketplace yang cenderung pasif.
Keunggulan Media Sosial Dibanding Marketplace
Ada beberapa alasan mengapa media sosial kini menjadi senjata utama dalam pemasaran properti:
- Visualisasi Lebih Menarik: Media sosial memberi ruang untuk konten yang lebih kreatif, seperti video tur virtual, testimoni, atau story behind the scene. Ini memberi pengalaman yang lebih hidup bagi calon pembeli daripada hanya melihat daftar properti di marketplace.
- Targeting yang Spesifik: Iklan di media sosial dapat menargetkan audiens berdasarkan usia, lokasi, minat, dan bahkan perilaku. Ini memungkinkan pengiklan untuk menjangkau calon pembeli yang benar-benar potensial, bukan sekadar pengunjung umum.
- Engagement Lebih Tinggi: Di media sosial, agen properti atau pengembang bisa langsung berinteraksi dengan calon pembeli. Fitur komentar, pesan langsung, dan reaksi memungkinkan komunikasi yang lebih intens dan cepat, yang jarang bisa dilakukan di marketplace.
- Biaya Lebih Terukur: Iklan berbayar di media sosial lebih fleksibel dan terukur. Pengiklan dapat memantau kinerja iklan mereka secara real-time, menyesuaikan budget, serta mengoptimalkan iklan untuk hasil yang lebih baik.
- Brand Awareness yang Kuat: Media sosial membantu membangun brand awareness dengan lebih cepat. Tak hanya sekadar iklan, tetapi juga strategi konten yang kuat, seperti postingan berkala, live streaming, atau kolaborasi dengan influencer, yang membuat calon pembeli semakin familiar dengan brand properti Anda.
Maka, tak heran jika “social media killed the marketplace star”. Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, media sosial telah menjadi saluran utama bagi pengembang dan agen properti untuk memasarkan produk mereka. Marketplace properti, jika tidak beradaptasi, bisa jadi hanya akan menjadi bintang yang pernah bersinar terang, tapi akhirnya redup dan tergantikan.
0 Komentar